23.58

Sejarah berdirinya manbail futuh

AWAL BERDIRI DAN PERKEMBANGANNYA SAMPAI GENERASI KE III.

Manbail Futuh, sebuah nama yang membuat kita merasa memiliki sekaligus bangga setiap kali namanya disebut, namun demikian tidak banyak diantara kita yang mengetahui bagaimana sejarah awal berdirinya berikut perkembangannya. Pada awalnya Manbail Futuh hanya bangunan yang berdinding bambu (gedek) dan berlantai kayu hingga berbagai sarana pendidikan formal dan non formal didirikan. Semua itu tak lepas dari perjuangan sesepuh yang sering kali kita lupakan,oleh karena itu untuk mengetahui sejarah, mengingat dan mengenang perjuangan masyayich manbail futuh selanjutnya akan di jelaskan bagaimana sejarah awal berdirinya Manbail Futuh berdasarkan unit pendidikan yang ada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Manbail Futuh (YADIKMA).

Yayasan Pendidikan Manbail Futuh (YADIKMA)

Yayasan Pendidikan Manbail Futuh didirikan pada tanggal 26 Februari 1981 dengan nama “Yayasan Pondok Pesantren Roudlotul Murtasyidin Assa’idiyyah (YAPPERMA)”. Sebagai ketua yayasan yang pertama adalah KH. M. Masram Sofwan, kemudian dilanjutkan oleh K. Mizan Abdulloh dan K. dlofir Fathurrohman.

Tercatat pada notaris tanggal 13 Maret 1986 nama yayasan pondok pesantren Roudlotul Murtasyidin Assai’idiyyah di ganti dengan nama Yayasan pendidikan Manbail Futuh atau disingkat YPMF dengan alasan apabila menggunakan nama pondok pesantren tidak mencakup unit pendidikan formal yang bernama Manbail Futuh.

Pada tanggal 16 Desember 1989 dewan pengurus yayasan mengadakan rapat pleno yang telah dihadiri oleh semua anggota dewan pengurus yayasan. Dalam rapat tersebut telah diputuskan untuk mengadakan perubahan anggaran dasar yang termuat dalam akta notaris tertanggal 13 Maret 1986. perubahan anggaran dasar tersebut antara lain merubah nama yayasan pendidikan Manbail Futuh yang disingkat YPMF menjadi YADIKMA. Adapun susunan dewan pengurusnya adalah Achmad Fauzan Umar sebagai ketua I, M. Masram Sofwan ketua II, M. Hafash Hisyam Sekretaris I, Fathurrohman Mizan sekretaris II, dan sebagai bendahara I dan II adalah M. Afif Muthohhar dan Chusain Chozin. Untuk periode selanjutnya yayasan pendidikan manbail futuh diketuai oleh Drs. Fathuri Ali M.Ag. sekarang kepemimpinan YADIKMA dipegang oleh KH> Masyhudi Kastam.

1. Pondok Pesantren

Beji, sebuah desa asri yang berjarak lebih kurang 10 KM Barat kota Tuban, kota yang mendapatkan julukan kota aulia. Disana tinggalah orang alim bernama KH. Fatchur Rohman, yang mempunyai nama kecil Munasir. KH. Fatchur Rohman memang bukanlah termasuk keturunan seorang kyai ataupun bangsawan. Kepatuhan dan ketawadluan beliau kepada sang kyai serta semangat beliau belajar untuk mengembangkan agama Islam melalui bidang pendidikan (pondok) beliau mampu melahirkan tokoh tokoh agama Islam yang alim allamah yang merupakan penerus perjuangan beliau mengembangkan Islam dalam masyarakat yang lebih luas.

Keinginan KH. Fatchur Rohman untuk mendirikan pondok pesantren sangat kuat sekali, hal ini dilatar belakangi oleh pesan K. Idris Jamsaren Solo agar sepulang dari pondok pesantren beliau mendirikan pondok pesantren. Pesan tersebut disampaikan kepada KH. Fatchur Rohman berkali kali, sehingga tertanam pada jiwa beliau untuk benar benar mewujudkan apa yang telah diamanatkan oleh sang kyai.

Setelah pulang dari pondok Jamsaren, permintaan beliau kepada ayahanda ( H. Abu Said ) untuk dibangunkan pondok pesantren tidak segera dikabulkan, oleh karena itu beliau pergi ke pondok Langitan untuk menambah ilmu agama yang telah beliau dapatkan. Selama di pondok pesantren Langitan beliau berkali kali diminta sang ayah untuk pulang, namun beliau menolak karena permintaan beliau belum dipenuhi, hingga pada akhirnya beliau bersedia pulang dari pondok Langitan karena beliau akan diberangkatkan haji ( perjalanan haji pada waktu itu lebih kurang 1 tahun ).sepulang dari tanah suci beliau dinikahkan oleh orang tuannya, baru kemudian dibangunkan pondok pesantren.

Sampai saat ini tidak ada seorangpun yang tahu pasti kapan didirikannya pondok pesantren Manbail Futuh. Namun ada satu tulisan yang dapat dijadikan dasar kapan berdirinya yaitu tulisan 1345 H timbul yang tertulis dibancik pondok bagian bawah. Tulisan ini yang kemudian oleh M. Hafash Hisyam yang tidak lain cucu KH. Fatchur Rohman dijadikannya sebagai dasar di dirikannya pondok pesantren Manbail Futuh yang bertepatan pada tahun 1925 M.

Pondok pesantren ini dibangun dan diarsiteki sendiri oleh KH. Fatchur Rohman. Tata bangunannya disamakan dengan pondok pesantren Jamsaren Solo dimana beliau menimba ilmu. Pondok pesantren ini dibangun diatas tanah milik beliau yang dinding dan lantainya terdiri dari kayu jati dan dilengkapi dengan musholla, sumur, kamar mandi dan tempat wudlu berukuran 2 x 4 M. Kondisi tersebut adalah cikal bakal pondok pesantren Manbail Futuh.

KH. Fatchur Rohman beristrikan seorang putri bernama Siti Masyitoh putri dari KH. Sholeh Muhtar ( Bapak Alm, KH. Busyrol Hafi PP. Muhtariyah ) pada tahun 1920, dari hasil pernikahan ini beliau dikaruniai beberapa putra dan putri, yaitu Malyunah, Idris Azam, Chamnah, Cholisoh, Jalaluddin Suyuthi, Zaidah, Siti Fatimah, Chawaruzmi, Dlofir, Ahmad Aziz, dan Shofiyatun.

KH. Fatchur Rohman memiliki beberapa santri, dari beberapa santri inilah terdapat empat santri yang beruntung karena ke empat santri ini di jadikan menantu oleh beliau. Beliau beranggapan keempat santri ini memiliki jiwa pemimpin yang akan mampu mengganti dan meneruskan perjuanngan beliau. Empat santri tersebut adalah K. Suhaib Pangklangan Meraurak dijodohkan dengan Nyai Malyunah putri pertama beliau, KH. Hisyam Ismail dengan Nyai Chamnah putri ketiga, K. Mizan Abdulloh dengan Nyai Siti Zaidah putri ke enam, dan KH. Ali Mahrus Imron Jenggolo dengan Nyai Siti Fatimah putri ke tujuh.

Adapun pondok pesantrennya belum diberi nama sejak berdiri hingga tahun 1964, karena seringnya diminta laporan data dari DEPAG kab. Tuban, pada tanggal 27 Maret 1964 pengurus pondok ( H.M. Hafash Hisyam dan KH. Masram Sofwan ) memberi nama Roudlotul Murtasyidin. Setelah beberapa tahun menggunakan nama Roudlotul Murtasyidin kurang lebih tahun 1981, KH. Busyril Hafi Sholeh meminta agar nama pondoknya ditambahi dengan Assaidiyah dengan tujuan untuk mengabadikan nama waqifnya yaitu H. Abu Said ayahanda KH. Fatchur Rohman. Pada waktu memberi nama Roudlotul Murtasyidin H.M. Hafash Hisyam dan KH. Moh. Masram Sofwan belum mengetahui kalau nama Manbail Futuh tersebut adalah pemberian Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asyari Tebu Ireng Jombang, sehingga setelah mengetahuinya tahun 1982 nama pondok pesantrennya diubah menjadi Manbail Futuh sebagai mana madrasahnya.

Atas permintaan masyarakat, Pondok pesantren putri didirikan. Didirikannya pondok putri ini berawal dari famili yang menitipkan keluarganya pada KH. Hisyam Ismail waktu bulan romadlon, selain dari keluarga sebenarnya juga banyak yang berniat menitipkan putrinya, namun selalu ditolak karena belum ada tempatnya. Khusus pada bulan Romadlon yang masih famili sendiri terpaksa diterima dan kumpul bersama keluarga.

Pada tahun 1981 mendapat langgar Waqof dari Desa Kajongan/Jenggolo,kemudian digunakan 2 kamar Pondok Putri yang bertempat di sebelah Barat kediaman KH. Hisyam Ismail. Langgar inilah yang menjadi cikal bakal Pondok Putri yang pertama.

Satu tahun kemudian (1982) al-hamdulillah mampu membangun empat kamar pondok putri secara permanen. Melihat perkembangan jumlah santri putri yang dari tahun ketahun terus bertambah,akhirnya 4 kamar yang ada tidak lagi mampu menampung santri yang terus bertambah.

1990, tahun ini kembali membangun Pondok Putri (tingkat) disebelah Timur Kediaman KH. Hisyam Ismail. Pembangunan pondok diketuai oleh K. Mizan Abdulloh, setelah pondasi pondok selesai hingga pembangunan tembok kira-kira sudah berdiri setinggi satu meter tanggal 9 September 1990 beliau wafat. Setelah wafatnya K. Mizan Abdulloh cukup lama pembangunan pondok putri ini terhenti.

Pada bulan Jumadil ‘Ula KH. Hisyam Ismail sudah sering sakit-sakitan, dalam kondisi sakit beliau masih memikirkan pembangunan Pondok Putri yang terhenti, kemudian beliau menulis surat amanah/ sakti yang di tujukan kepada M. Hafash Hisyam, H.adji Zuhdi, Hasib Hasan dan Afif Muthohar (saudara ipar M. Hafash). Isi surat tersebut antara lain;minta bantuan kepada empat orang tersebut agar supaya mengusahakan/mencari dana untuk menyelesaiakan pembangunan Pondok Putri yang sempat terhenti sepeninggal K. Mizan Abdulloh.

KH. Hisyam Ismail minta kepada ke empat orang tersebut sebelum puasa Romadlon (3 bulan pembangunan) sudah selesai dan dapat ditempati. Harapan KH. Hisyam Ismail tersebut Al-Hamdulillah dapat diwujudkan oleh ke empat orang tersebut yang juga dibantu oleh keluarga besar Manbail Futuh yang lain.

Santri Putri Pondok Pesantren Manbail Futuh mengalami perkembangan yang cukup pesat, tidak ketinggalan Santri Pondok Putra juga demikian, melihat perkembangan dari tahun 1990-1992 6 kamar yang ada di Pondok Putra tidak memadai lagi, melihat kondisi yang demikan, H.M.Hafash Hisyam tidak tinggal diam, kemudian beliau berangkat bersama Abd Basith Hafash ke Jakarta berusaha mencari dana untuk membangun Pondok Putra. Sujud Syukur disampaikan beliau, tidak ada yang sia-sia segala sesuatu yang didasari oleh niat yang baik.

H. Abu Hasan adalah salah satu pengurus NU Pusat juga pengusaha yang cukup sukses. H. Abu Hasan inilah yang memberikan dana untuk pembangunan Pondok Pesantren Putra (tingkat) yang terletak dibelakang pondok induk putra. Pada waktu itu H. Abu Hasan menjanjikan dana 50 juta, baru sekitar 37 juta H. Abu Hasan tidak dapat memenuhi janjinya padahal pembangunan Pondok baru 75 %, selanjutnya penyelesaiaannya dilanjutkan oleh KH. Abd. Hanan Hisyam antara lain Pemasangan Kap, Genteng, Tegel ,menguliti tembok bagian atas dan lain sebagainya.

Setelah melalui masa-masa perjuangan demi memajukan pondok pesantren, pada tanggal 25 Jumadil Ula 1413 / 19 Nopember 1992 KH. Hisyam Ismail menghadap keharibaa’an sang kholiq. Setelah wafatnya KH. Hisyam Ismail, Keluarga (putra/putri almarhum)mengadakan musyawarah dan disepakati sebagai penerus pengasuh pondok pesantren Manbail Futuh adalah H.M. Hafash Hisyam sebagai pemangku Pondok putra dan KH. Abdul Hannan Hisyam Pemangku Pondok Putri.

Banyak perkembangan yang telah dicapai KH. Abdul Hannan Hisyam dalam mengemban amanah memimpin Pondok Pesantren Manbail Futuh, 27 Desember 2006 KH. Abdul Hannan Hisyam meninggal dunia, sakit yang beliau alami kurang lebih 20 tahun dan sempat mengalami kelumpuhan, ikhtiyar yang beliau lakukan tak pernah henti hingga sang holiq memanggil beliau. sepeninggal beliau berdasarkan hasil musyawarah dari keluarga besar Manbail Futuh sebagai penerus Pengasuh Pondok Pesantren sebagai ketua dewan Pengasuh adalah KH. Muslich Abdurrohim menantu KH. Fathur Rohman dari putri beliau yang bernama Nyai Hj. Shofiyatun, sedangkan untuk pesantren putri diasuh oleh Nyai Hj. Noor Fauziyah Hannan istri KH. Abdul Hannan dan K. Muhtadi menantu KH. Abdul Hannan Hisyam dari putri sulungnya Sania Salma.

Untuk menampung santri yang kian bertambah, selain pondok pesantren putra dan putri Manbail Futuh (pusat) generasi penerus juga mengembangkan asrama pondok pesantren, antara lain complex al masyithoh PP Manbail futuh yang diasuh oleh KH. Muslich Abdurrohim dan pondok tahfidhul Qur’an / PPP manbail futuh II yang diasuh oleh KH. Masyhudi Kastam dan KH. Fathurrohman Mizan.

22.38

CARA MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN

CARA MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN
Pengertian Laporan Kegiatan
Laporan kegiatan adalah suatu ikhtisar tentang hal ikhwal pelaksana suatu kegiatan, yang harus disampaikan oleh pembina kepada pihak yang memberi tugas sebagai pertanggungjawaban.
Pentingnya Laporan Kegiatan
Laporan kegiatan merupakan alat yang penting untuk :
  1. Dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan.
  2. Bahan penyusunan rencana kegiatan berikutnya.
  3. Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan.
  4. Data sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan lain-lain.
Macam Laporan Kegiatan
  1. Ditinjau dari cara penyampaian, terdapat :
1) Laporan lisan, disampaikan secara lesan, biasanya dilakukan hal-hal yang perlu segera disampaikan laporan lisan dapat dengan tatap muka, lewat telepon , wawancara dan sebagainya.
2) Laporan tertulis, disampaikan secara lengkap dalam bentuk tulisan.
  1. Ditinjau dari bahasa yang digunakan, terdapat :
1) Laporan yang ditulis secara populer, yang menggunakan kata-kata sederhana, kadang-kadang diselingi dengan kalimat humor / lucu.
2) Laporan yang ditulis secara ilmiah, sebagai hasil peneliti. Biasanya isinya singkat tetapi padat dan sistimatis serta logis.
  1. Ditinjau dari isinya, dapat dibedakan :
1) Laporan kegiatan, misalnya pelaksanaan perkemahan, pelaksanaan ujian SKU, SKK, Pramuka Garuda.
2) Laporan perjalanan, misalnya laporan wisata, pengembaraan, penjelejahan dan sebagainya.
3) Laporan keuangan, menyangkut masalah penerimaan dan penggunaan uang.
Sistimatika Laporan
Hendaknya laporan lengkap, dapat menjawab semua pertanyaan mengenai : apa ( what ), mengapa ( why ), siapa ( Who ), dimana ( where ), kapan ( when ), bagaimana ( how ).
Urutan isi laporan sebaiknya diatur, sehingga penerima laporan dapat mudah memahami. Urutan isi laporan antara lain sebagai berikut :
  1. 1. Pendahuluan
Pada pendahuluan disebutkan tentang :
  1. Latar belakang kegiatan.
  2. Dasar hukum kegiatan.
  3. Apa maksud dan tujuan kegiatan.
  4. Ruang lingkup isi laporan.
  1. 2. Isi Laporan
Pada bagian ini dimuat segala sesuatu yang ingin dilaporkan antara lain :
  1. Jenis kegiatan.
  2. Tempat dan waktu kegiatan.
  3. Petugas kegiatan.
  4. Persiapan dan rencana kegiatan.
  5. Peserta kegiatan.
  6. Pelaksanaan kegiatan (menurut bidangnya, urutan waktu pelaksanaan, urutan fakta / datanya).
  7. Kesulitan dan hambatan.
  8. Hasil kegiatan.
  9. Kesimpulan dan saran penyempurnaan kegiatan yang akan datang.
  1. 3. Penutup
Pada kegiatan ini ditulis ucapan terima kasih kepada yang telah membantu penyelenggaraan kegiatan itu, dan permintaan maaf bila ada kekurangan-kekurangan. Juga dengan maksud apa laporan itu dibuat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Laporan diusahakan agar :
  1. Singkat dan padat.
  2. Runtut atau sistimatis.
  3. Mudah dipahami isinya.
  4. Isinya lengkap.
  5. Menarik penyajiannya.
  6. Berpegangan pada fakta, data dan persoalannya.
  7. Tepat pada waktunya.
Lain – lain.
a. Dalam laporan dapat dilampirkan : photo-photo kegiatan, tanda bukti, surat-surat keterangan dan sebagainya ( copy )
b. Untuk mempermudah penyusunan laporan sebaiknya tetap mengacu pada proposal yang pernah diajukan.
c. Memberikan Laporan kegiatan dengan tembusan kepada satuan/ lembaga yang terkait. ( Mabi, Kwartir, Sponsor dll )
Sumber : Materi KML Lemdikanas (dengan sedikit penyempurnaan)